Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2023

Deritaku di palestina

 Deritaku Di Palestina Karya : Iklima Anindya Nailul Husna Ini adalah diriku Gadis kecil yang selalu Menjadi korban keegoisanmu Kau membunuh ayah ibuku Menyakiti kakak adikku Membantai teman-temanku Melukai saudara-saudaraku Semua kau jadikan tumbal demi kesenangan hatimu Rasa lapar dan dahaga menyelimuti hari-hariku Rasa kantuk menjalar di seluruh tubuhku Aliran air mata dari sepasang mataku Dan tetesan darah dari lubang hidungku Menemaniku menjalani hari-hari Yang bagiku sama sekali tak berarti Kini, tak ada lagi suara canda tawa dari teman-temanku Tak ada lagi ayah dan ibuku untuk menyeka air mataku Tak ada siapapun yang menemaniku Hampa telah menyelimutiku Aku hanya menyendiri Dan menunggu ajal yang akan datang menyambutku. Tetapi disuatu sisi Aku merasakan kesenangan tanpa henti Karena, aku tak akan merasakan rasa sakit lagi Aku akan menjalani kehidupan yang abadi Di sisi tuhan nanti

Aku, Iklima

Aku, Iklima. Karya : Iklima Anindya Nailul Husna Ini adalah kisah hidupku Kerasnya perjuanganku Lelahnya jiwa batinku Istimewanya harapanku Megahnya angan-anganku Ajaibnya kehidupanku Angan-angan terlintas dalam benakku Nan harapan-harapan terselip dalam batinku Impian-impian terbesit dalam fikiranku Nan asa tertanam dalam sanubariku Degup jantungku Yang menjadi saksi perjuanganku Akan kuraih seluruh mimpiku Naluriku berkata Aku pasti bisa menggapainya Ingat selalu nasehat orangtua Lalu kutanamkan dalam sanubari dan jiwa Untuk menjadi anak yang bahagia Lebih indah dan sempurna Hal yang kutunggu-tunggu  akhirnya tiba Usiaku telah menginjak remaja Saat dimana aku telah mengerti dan mulai berkelana Nestapa dan air mata kan kuseka Agar perjuanganku menjadi nyata

Sang Kekasih

  SANG KEKASIH Karya : Iklima Anindya Nailul Husna Indah cantik rupamu Kuat teguh imanmu Lembut tutur katamu Ikal rambut panjangmu Manis senyum bibirmu Anggun tingkah lakumu Andai saja kau menjadi milikku Namamu kan selalu kusebut dalam sujudku Ingin sekali ku memilikimu Namun sayang hatimu bukan untukku Degup jantungku saat bertemu denganmu Yang selalu kuingat dalam hidupku Apakah aku pantas bersanding denganmu? Netraku terpaku saat memandangmu Ada serpihan rasa kagum untukmu Ingatan saat pertama kali kita bertemu Langsung membuatku tersipu malu Untukmu, sang kekasihku Lembaran puisi ini kupersembahkan untuk       menemanimu Hamparan pasir putih menunggu Untuk menjadikan kau milikku Sepi sunyi menantimu Namamu bersanding dengan namaku Aku akan menemanimu sampai akhir waktu